Selasa, 15 Maret 2016

Run Away From Home

Pikiran ini sudah lama berputar-putar dalam kepalaku. Kupikir aku tak pernah merasa cukup dengan apa yang aku miliki. Sepertinya tidak. Aku memang benar-benar ingin memulai hidup atas kehendakku sendiri, tanpa  tekanan dari siapapun, termasuk orangtua dan keluargaku.

Aku memang terdengar egois. Meninggalkan mereka yang pasti akan sedih kehilanganku dan menjalani hidup baru yang jauh dari mereka. Tapi bukankah setiap orang berhak untuk bahagia? Kebahagiaan setiap orang berbeda-beda. Dan kebahagiaanku adalah ketika aku dapat hidup menjadi diriku sendiri apa adanya tanpa ada orang yang berusaha menekanku hingga remuk. Jika mereka tidak bisa menerimaku apa adanya, lalu kenapa aku harus melakukan hal yang sama pada diriku sendiri? Kalau iya kurasa itu adalah kejahatan terbesar yang bisa dilakukan seorang manusia.

Mungkin aku akan kabur ke tempat seperti kota-kota besar, dimana aku akan susah untuk ditemukan. Mungkin aku juga perlu mengganti namaku. Membuat KK palsu, KTP baru. Mengecat rambut. Identitas baru. Pekerjaan baru.

Aku belum yakin akan mampu hidup sendiri, tapi bagaimana aku bisa tahu kalau aku belum pernah mencoba? Orangtuaku punya tujuh anak. Kehilangan satu berarti masih enam. Kurasa itu bukan masalah yang terlalu besar. Aku akan meninggalkan surat untuk mereka supaya tidak terlalu panik. Astaga, pemikiran untuk kabur ini benar-benar membuatku merasa senang.

Aku akan mengambil uang arisanku yang 10 juta itu, membeli laptop dan membayar kos untuk setahun dan mulai menulis novel untuk mendapatkan uang. Sendiri di kamar. Sendiri di keramaian. Tanpa khawatir harus berurusan dengan orang lain. Aku mengenal diriku dengan baik, dan aku tidak pernah merasa nyaman bersosialisasi dengan orang lain. Itu salah satu alasanku ingin kabur. Agar tak memiliki kewajiban untuk terhubung dan berkomunikasi dengan orang lain.

Di kehidupan normal seperti ini, aku merasa dipaksa untuk menjalani hidup yang kubenci dari hari ke hari. Jujur aku merasa tertekan dengan semua itu. Kadang aku menangis saja sendirian di bawah selimut. Kesal, marah, sedih dan merasa sendiri karena kupikir tidak ada seorangpun yang sudi mengerti. Atau setidaknya berusaha.

Tapi di luar sana, di dunia yang luas, aku yakin seseorang pasti akan mengerti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar