Rabu, 16 Maret 2016

Review 'Di Tanah Lada' oleh Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

 

[SPOILER ALERT]

Maaf Ziggy, saya cuma kasih bintang dua. :D

Yang paling mengganggu saya dalam membaca novel ini adalah karakternya dan dialog yang dilontarkan oleh tokoh-tokohnya. Tokoh Ava, misalnya. Ada bagian ketika Ava terdengar begitu bodoh di telinga pendengar namun ada bagian Ava terdengar begitu pintar. Saya jadi bingung sebenarnya ini orang besar atau anak-anak. Dan masalah ini sebenarnya bisa tidak terlalu buruk kalau POV-nya adalah orang ketiga serba tahu.

Menggunakan POV- orang pertama untuk karakter anak-anak menurut saya sangat rawan dengan logika cerita karena penulis akan terdorong menuliskan banyak hal padahal jangkauan berpikir anak-anak masih terbatas.

Kemudian, gaya bahasanya. Sangat kaku dan kurang sedap dinikmati. Sering ditemukan kalimat yang canggung.

Saya juga merasa ada yang aneh dengan persahabatan Ava dan Pepper. Seperti remaja yang sedang kasmaran saja. Terbukti dari bagaimana Ava lebih memilih kabur bersama Pepper yang baru dikenal beberapa hari dibanding tinggal bersama ibunya yang sudah sering melindungi Ava dari kekejaman papanya. Dan di ending pun Ava sampai rela bunuh diri bersama Pepper, WTF??!

Ekspektasi saya sebelum membaca novel ini cukup tinggi, melihat penghargaan yang disabet novel ini dalam sebuah perlombaan sastra. Setelah membaca novel ini , saya jadi pikir-pikir lagi sebenarnya sastra yang bagus itu bisa tidak ya ditentukan standarnya?

Sepertinya tidak, karena setiap orang punya selera masing-masing. Namun itu sekadar pemikiran skeptis saya saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar